Gen-Z Corner

Apa Itu Quarter Life Crisis? Ketahui Cara Mengatasinya

Parazoomers – Apakah kamu pernah merasa stres, bingung, atau cemas tanpa tahu bagaimana menghadapinya? Atau mungkin sering merasa tertinggal saat melihat teman-teman sebayamu berbagi pencapaian hidup di media sosial? Jika ya, bisa jadi kamu sedang berada dalam fase Quarter-Life Crisis.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Quarter-Life Crisis kini menjadi topik yang sering dibahas di kalangan anak muda. Banyak yang merasa terjebak dalam fase ini tanpa benar-benar memahami apa itu quarter-life crisis, penyebabnya, dan cara mengenali gejalanya. Yuk, kita jelajahi bersama topik ini agar kamu bisa menghadapi dan mengatasinya dengan lebih baik.

Apa Itu Quarter-Life Crisis?

Quarter-life crisis, atau yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai krisis seperempat abad, adalah fase kehidupan yang biasanya dialami antara usia 20 hingga awal 30-an. Di masa ini, banyak yang mulai mempertanyakan arah hidupnya, merasa cemas akan masa depan, dan terbebani oleh ekspektasi dari lingkungan maupun diri sendiri. Krisis ini sering dipicu oleh ketidakpastian seputar karier, hubungan pribadi, atau pencapaian hidup.

Menurut sebuah survei dari LinkedIn, sekitar 75% individu berusia 25-33 tahun pernah mengalami quarter-life crisis. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ini cukup umum terjadi dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan seseorang.

Penyebab Quarter-Life Crisis

Quarter-life crisis sering kali muncul akibat tekanan dari lingkungan yang mendorong seseorang untuk terus-menerus memikirkan hidupnya hingga memicu kecemasan, rasa takut, dan stres. Pertanyaan yang bagi orang lain mungkin terdengar biasa, seperti “Kapan menikah? Sudah punya pekerjaan tetap? Mau kuliah di mana?” justru bisa menjadi beban bagi sebagian orang.

Beberapa faktor umum yang dapat memicu quarter-life crisis antara lain:

  • Tantangan pekerjaan dan keuangan
    Ketidakpuasan terhadap pekerjaan atau kekhawatiran akan kestabilan finansial dapat menjadi sumber stres utama.
  • Rencana karier dan masa depan yang tidak pasti
    Ketidakpastian terkait arah karier atau tujuan hidup kerap menimbulkan rasa gelisah yang mendalam.
  • Hidup mandiri untuk pertama kalinya
    Menjalani hidup sendiri tanpa dukungan langsung dari keluarga bisa memicu rasa takut dan isolasi.
  • Hubungan yang serius atau putus cinta
    Memasuki hubungan yang lebih serius atau menghadapi akhir dari hubungan panjang dapat membuat seseorang merasa kehilangan arah.
  • Membandingkan diri dengan teman sebaya
    Ketika melihat teman-teman sudah mencapai impian mereka, kita bisa merasa tertinggal atau tidak cukup berhasil.
  • Keputusan besar dengan dampak jangka panjang
    Memutuskan hal-hal besar, seperti membeli rumah atau memulai bisnis, bisa menimbulkan perasaan tertekan.

Gejala Quarter-Life Crisis

Jika kamu merasakan beberapa tanda berikut, kemungkinan kamu sedang mengalami quarter-life crisis:

  • Kebingungan akan masa depan
    Kamu merasa tidak tahu harus mulai dari mana untuk mencapai impianmu.
  • Ketidakpuasan dengan pencapaian saat ini
    Meskipun sudah berusaha, kamu merasa ada yang masih kurang dalam hidupmu.
  • Kecemasan tentang ketidakpastian
    Kamu merasa takut menghadapi masa depan yang tidak pasti.
  • Iri dengan pencapaian orang lain
    Kamu sering membandingkan diri dengan orang lain, terutama teman sebaya, dan merasa tertinggal.
  • Meragukan kemampuan diri
    Kamu merasa tidak cukup mampu atau kompeten untuk mencapai apa yang diinginkan.
  • Kehilangan motivasi dalam menjalani hari-hari
    Kamu merasa tidak bersemangat menjalani rutinitas atau kehidupan sehari-hari.

Cara Mengatasi Quarter-Life Crisis

Meski quarter-life crisis bisa menguras energi mental dan emosional, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya:

  1. Hentikan Kebiasaan Membandingkan Diri
    Membandingkan diri dengan orang lain hanya memperburuk keadaan. Fokuslah pada perjalanan hidupmu sendiri dan ingat bahwa setiap orang memiliki waktunya masing-masing.
  2. Tetapkan Tujuan Hidup
    Menentukan tujuan jangka pendek dan panjang akan memberimu arah yang lebih jelas. Dengan adanya rencana, kamu bisa lebih fokus pada pencapaian tanpa merasa tertekan oleh ketidakpastian masa depan.
  3. Cari Dukungan dan Nasihat
    Ungkapkan perasaanmu kepada keluarga, sahabat, atau bahkan seorang profesional seperti psikolog. Terkadang, berbicara dengan orang lain bisa memberikan perspektif baru dan meringankan bebanmu.
  4. Evaluasi Kembali Karier dan Tujuan Hidup
    Jika merasa tidak puas dengan pilihan karier atau hidup saat ini, pertimbangkan untuk mengevaluasi kembali tujuanmu. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya kamu inginkan dan apakah ada hal baru yang ingin dicoba.
  5. Belajar Menerima Ketidakpastian
    Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, dan belajar menerimanya adalah bagian dari proses pendewasaan. Lihat ketidakpastian sebagai kesempatan untuk berkembang dan mengeksplorasi hal-hal baru.
  6. Tetapkan Batasan terhadap Ekspektasi Sosial
    Tekanan dari ekspektasi sosial, seperti kapan menikah atau kapan memiliki pekerjaan tetap, bisa membebani pikiran. Ingatlah bahwa hidupmu adalah milikmu. Tentukan batasan dan jangan biarkan ekspektasi sosial mengatur hidupmu.

Quarter-life crisis merupakan fase yang wajar dialami oleh banyak orang, terutama pada usia 20 hingga awal 30-an. Meski membawa tantangan, penting untuk menyadari bahwa fase ini bisa diatasi.

Dengan memahami penyebab, mengenali gejala, dan mengambil langkah untuk menghadapinya, kamu dapat melalui fase ini dengan lebih kuat dan siap menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Jangan biarkan quarter-life crisis menghalangi jalanmu dalam meraih impian. Lihatlah fase ini sebagai momen untuk bertumbuh, belajar, dan menemukan kembali dirimu yang sebenarnya.

Komentar ditutup.